Semua Dari Laut: Kembalilah Ke Laut


Di dalam diri manusia terdapat cinta, luka, gatal, hasrat, bahkan jika dia memiliki ratusan ribu dunia, dia akan tidak beristirahat atau menemukan ketenangan. Orang bekerja dengan bermacam profesi, kerajinan, pekerjaan, dan mereka belajar astrologi dan kesehatan, dan sebagainya, tetapi mereka tidak merasa tenang karena yang mereka cari tidak dapat didtemukan. Kekasih disebut “dil-aram” (yang memberi ketenangan hati), karena hati menemukan ketenangan melalui kekasih. Bagaimana mungkin menemukan kedamaian melalui yang lain? Semakin cepat seseorang bangun dari sadar, jalan yang panjang semakin pendek dan semakin sedikit kehidupan orang yang akan tersia-siakan pada “anak tangga” ini.


ooOOoo

“Orang Mongol menguasai harta benda, tetapi kadang-kadang mereka memberi kita harta benda. Itu tentu aneh. Apa artinya ini?” seseorang bertanya. “Apa pun yang dirampas kaum Mongol, “kata guru”, semuanya itu berasal dari genggaman dan gudang Tuhan. Hal itu bagaikan engkau mengisi kendi atau tong dari laut kemudian membawanya. Selama air masih berada di ekndi atau tongmu, air itu milikmu.

Tidak seorang pun memiliki hukum di sana. Apabila seseorang mengambil sedikit saja dari itu tanpa ijinmu, pengambilan itu melanggar hukum. Meski demikian, ketika air itu dituangkan kembali ke laut, dia meninggalkan kepemilikanmu dan terbebas dari apa pun. Maka, harta benda kita tidak sah secara hukum bagi orang Mongol, tetapi harta benda mereka sah untuk kita.


ooOOoo

“Tidak adan kependetaan dalam Islam. Kebersamaan adalah rahmat. Nabi Muhammad selalu berusaha keras mengupayakan kebersamaan, karena di dalamnya ada ikatan bersama ruh besar dan pengaruh luas yang tidak dapat dihasilkan individualitas dan pengasingan. Masjid dibangun agar setiap orang dari segala penjuru dapat berkumpul untuk mendapatkan “rahmat” dan manfaat yang lebih besar.

Rumah memisahkan satu dari lainnya untuk “pembubaran” dan menyembunyikan kesalahan itulah maksud mereka. Masjid jamaah dibuat untuk masyarakat suatu kota agar berjamaah di dalamnya; mengunjungi Ka’bah dibuat sebagai kewajiban agar orang dari berbagai kota dan negara di dunia dapat berkumpul bersama.

“Ketika kaum Mongol pertama kali datang ke negeri ini, mereka bertelanjang kaki dan tidak berpakaian; ,ereka mengendarai banteng, dan senjata mereka terbuat dari kayu.” Seseorang berkata. “Sekarang kekuatan mereka meningkat, mereka diberi makan dengan baik, dan mereka memiliki kuda Arab dan senjata terbaik.”

“Ketika tengah terinjak-injak, lemah, dan tidak berdaya, Tuhan tahu kebutuhan mereka, diterima di dalam pandangan-Nya dan menemaninya. Sekarang mereka telah berkembang di dalam ketinggian dan kekuatan, Tuhan akan menghancurkan mereka dengan makhluk paling lemah agar mereka sadar bahwa mereka mampu menguasai dunia karena kebaikan dan kekuatan Tuhan, bukan oleh angkatan perang dan kekuatan mereka sendiri.

Pada awalnya mereka berada di dalam kebuasan, jauh dari orang, tersia-siakan, terhina, bertelanjang dan miskin. Beberpa dari mereka pernah datang sebagai pedagang menuju kerajaan Khawazmshah menghalangi mereka dan memerintahkan pedagang mereka dibunuh. Dia pun membebani pajak pada mereka dan menghalangi saudagarnya dari tanahnya.

Kaum Tartarian itu pergi dengan merendahkan hati di depan raja mereka dan berkata, ‘Kami telah dianiaya.’ Raja itu mencari kelonggaran sepuluh hari dari mereka dan pergi ke gua dalam. Di ttempat itu dia berpuasa selama sepuluh hari, merendahkan hati dan dirinya. Sebuah jeritan datang dari Tuhan, berkata, “Aku mendengar permintaanmu. Datanglah mendekat dan raihlah kemenangan gilang gemilang ke mana pun engkau pergi.’ Begitulah, ketika mereka datang atas perintah Tuhan, mereka berjaya dan menguasai dunia.

“Tetapi kaum Tartar pun beriman pada Hari Kiamat,” Seseorang berkata, “karena mereka berkata bahwa nanti akan terjadi Yarghu.”

“Mereka berdusta,” kata guru. “Mereka ingin mengatakan bahwa mereka sama dengan kaum Muslim melalui perkataan, ‘Oh, ya, kami juga tahu dan percaya.’ Itu seperti unta yang ditanyai ke aman saja dia selama ini. ‘Aku datang dari pemandian,’ jawab unta itu. Ya,’ datang adalah sebuah jawaban,’ aku dapat mengatakannya dari tumitmu!”

“Sekarang, apabila mereka mengimani Hari Kiamat, di mana tanda keimanan itu? Dosa, penindasan, perbuatan jahat mereka seperi es dan salju, padat membeku. Ketika pertobatan dan pengampunan matahari munculkesadaran dari dunia itu dan takut tpada Tuhan, ia mencairkan salju dosa begitu saja, mirip matahari mencairkan es dan salju. Apabila es dan salju pernah berkata, ‘Aku pernah melihat matahari di tenagh musim panas,’ atau, ‘Matahari di tengah musim panas spernah bersinar kepadaku.’ Dan masih tetap berupa es dan salju, tidak ada orang berakal percaya itu. Sangat mustahil bagi matahari di tengah musim panas muncul dan tidak mencairkan es dan salju.

Meskipun tuhan telah mengijinkan ganjaran untuk kebaikan dan kejahatan di Hari Kebangkitan, amsih saja setiap contoh cepat dari hal ini dapat dilihat. Apabila manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah ganjaran karena telah membuat orang lain sedih. Terdapat ‘hadiah’ dari dunia itu dan contoh dari Hari Kebangkitan agar orang dapat memahami yang banyak dari yagn sedikit, sama halnya segenggam penuh gandum ditunjukkan sebagai contoh dari penuhnya gudang.

“Nabi Muhammad, dengan seluruh keagungan dan kebesarannya, pada suatu malam terluka di tangannya. Lalu turunlah wahyu yang mengabarkan bahwa luka itu berhubungan dengan luka pada tangan Abbas. Abbas yang telah dijadikannya sandera bersama sekelompok tawanan yang tangannya diikat. Bahkan meskipun iktan pada tangan Abbas adalah perintah Tuhan, masih saja ada ganjaran untuk perbuatan. Maka engkau harus menyadari bahwa pernyataan kecemasan, kesulitan, dan kesakitan yang engkau derita berkenaan dengan kejahatan dan dosa yang telah enggkau lakukan (meskipun barangkali tidak ingat rincian yang sebetulnya telah dilakukan).

Engkau mesti tahu bahwa engkau jauh lebih banyak melakukan kejahatan, meski pun bisa jadi engkau melakukan itu secara tidak sadar atau keluar dari ketidaktahuan atau kelompok tak beragama yang menjadikan dosamu tampak sedemikian ringan hingga dianggap tidak sebagai dosa. Tetapi lihatlah ganjaran dan lihat betapa menggembirakan hati engkau jadinya pada satu sisi dan betapa penuh apmunan pada sisi lain. Penyesalanmu betul-betul tebusanmu untuk dosa, dan kegembiraanmu menjadi balasan atas ketaatan,”

“Nabi Muhammad telah disiksa karena telah memutar-mutarkan cincin di seputar jemarinya dan pernah bersabda, ‘Kami tidak menciptakan engkau untuk bermalas-malas dan bermain-main. Apakah engkau pikir Kami telah menciptakan engkau secara bermain-main?
(QS. 23 : 115).

Engkau dapat menilai dari sini apakah hari-harimu dihabiskan di dalam ketaatan atau ketidakpatuhan.”

“Musa telah didpaksa untuk melibatkan dirinya dengan orang. Meski pun dia didperintah Tuhan dan benar-benar asyik dengan Tuhan, satu sisi dirinya dibuat untuk memperhatikan kesejahteraan orang, Khidir, pada sisi lain, betul-betul hanya asyik dengan dirinya. Nabi Muhammad pertama-tama diizinkan untuk asyik dengan dirinya, tetapi kemudian dia didperintah menyeru orang, memberikan nasihat baik, dan memperbaiki keadaan mereka.

Nabi Muhammad meratap dan menangis, “Ya Tuhan, dosa apa yang telah aku perbuat? Kenapa Engkau mendorongku dari hadapan-Mu? Aku tidak ingin terlibat dengan manusia.’ Keudian Tuhan menjawab, ‘Muhammad, janganlah bersedih, karena Aku tidak akan membiarkan engkau benar-benar terlibat dengan manusia. Di dalam keterlibatan sungguh-sungguh itu engkau akan bersama-Ku. Kebersamaan-Ku dengan mu tidak akan berkurang sedikit pun ketika engkau bersungguh-sungguh terlibat dengan manusia. Pada setiap tindakan yang dilakukan engkau benar-benar bersatu dengan-Ku.””


ooOOoo

“Dapatlah salah satu keputusan abadi yang telah dijanjikan Tuhan dapat berubah sama sekali?” seseorangn bertanya.

Segala sesuatu yang telah dititahkan Tuhan semuanya berasal dari keabadian, sakit untuk sakit dan kebaikan untuk kebaikan, tidak akan pernah berubah karena Tuhan-lah yang membuat titah. Siapa berkata, dia melakukan kejahatan untuk memperoleh kebaikan? Apakah seseorang pernah menanam gandum dan berpanen gerst (tanaman sejenis gandum, untuk membuat roti. Pen), atau menanam gerst dan memeproleh gandum? Itu mustahil. Seluruh orang suci dan nabi pernah mengatakan bahwa ganjaran untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan adalah kejahatan. Dan siapa pun yang pernah melakukan kebaikan seberat seekor semut, dia akan memperoleh hal serupa
(QS. 99:7 -8).

Oleh titah abadi engkau mekanai apa yang telah Kami sampaikan dan jelaskan. Karena itu tidak akan pernah berubah. Demi Tuhan! Apabila engkau menginginkan agar balasan untuk kebaikan dan kejahatan meningkat dan dapat berubah, sesungguhnya, semakin baik engkau melakukan, semakin meningkat pula balasan untuk kebaikan; dan semakin tidak adil engkau berlaku, semakin besar pula balasan kejahatan yang akan menimpamu. Hal seperti itu dapat berubah, tetapi muasal titak tidak akan berubah.

Seorang penceloteh bertanya, “Bagaimana halnya dengan kita, kadang-kadang melihat orang kotor berbahagia dan orang baik celaka?”

Orang licik, apakah dia melakukan atau bermaksud baik, akan berbahagia, dan orang baik yang akan jadi celaka, apakah dia melakukan atau bermaksud jahat akan jadi demikian? Itu seperti iblis ketia dia menolak untuk bersujud kepada Adam dan mengatakan, “Engkau telah menciptakan aku dari api, dan telah menciptakan dia dari tanah liat
(QS. 7 : 12).

Setelah pernah menjadi ketua di antara malaikat, dia abadi terkutuk dan diasingkan dari hadapan Tuhan. Kami pun mengatakan bahwa balasan untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan adalah kejahatan.


ooOOoo

Seseorang pernah bertanya apakah dia akan dihukum apabila berjanji untuk berpuasa selama satu hari dan kemudian membuka puasa itu. Mazhab Syafi’i dengan tegas mengatakan bahwa dia harus melakukan pertobatan, karena janji dipandang sebagai sumpah, dan siapa pun yang membatalkan janji mesti menebusnya. Meski demikian, berdasar pada Abu Hanifah, janji tidak sama dengan sumpah, maka apertobatan tidak diperlukan.

Sekarang terdapat dua jenis janji, yang bergantung dan tidak. Janji tidak bergantung adalah seperti ucapan, “Aku bersedia berpuasa untuk satu hari.” Dan janji bergantung adalah seperti ucapan, “ Aku hershaum satu hari apabila hal-hal seperti ini terejadi.”

Seorang lelaki kehilangan keledainya dan berpuasa selama tiga hari dengan tujuan menemukan keledai itu. Setelah tiga hari dia menemukan keledainya telah mati. Dengan kecewa, dia menghadapkan wajahnya ke langit dan berkata, “Selama tiga hari aku telah bershaum, aku akan celaka apabila tidak makan enam hari selama Ramadhan! Engkau hanya ingin memperoleh lebih banyak dariku!”


ooOOoo

Seseorang bertanya tentang makna tahiyat, shalawat, dan tayibah.

Perbuatan berbakti dan memuja tidak datang dari kita dan tidak mengenai diri kita. Kenyataannya, tahiyat dan shalawat adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Segala hal milik Dia dan semestinya akan kembali kepada-Nya. Seperti halnya pada musim semi orang gpergi ke ladang melakukan penanaman, pergi ke perjalanan, dan mendirikan bangunan semua itu “diberikan” musim semi. Kalau tidak mereka akan berdiam diri sebagaimana sebelumnya, mengurung diri di dalam rumah. Meski demikian, dalam kenyataannya, menanam, melihat-lihat, dan menikmati halhal baik ini berkenaan dengan musim semi, tetapi pemberi sejati kebaikan itu adalah Tuhan.

Orang sekedar melihat penyebab kedua dan mengetahui segala hal melalui penyebab kedua itu. Meski begitu, bagi orang suci, terungkapkan bahwa penyebab kedua tidak lain hanyalah “hijab” yang menjaga orang untuk melihat dan mengetahui penyebab Utama. Itu seperti seseorang berbicara dari belakang layar dan orang berpikir bahwa layar itu sendiri yang berbicara. Mereka tidak tahu layar itu tidak berkenaan sama sekali dengan hal itu, ia hanya tirai. Hanya ketika si pembicara muncul dari belakang layar, tampaklah bahwa layar itu sekedar perantara. Orang Suci Tuhan melihat hal ketika diciptakan dan muncul seterusnya dari luar penyebab kedua mereka sama halnya unta muncul dari pegunungan.

Sebagaimana tongkat Musa menjadi Naga, sebagaimana dua belas mata air mucnul dari batu, seperti halnya Nabi Muhammad membelah bulan tanpa peralatan, sekedar menunjuk, seperi Adam muncul sebagai makhluk tanpa ayah atau Ibu, atau Isa tanpa ayah, sebagaimana taman mawar tumbuh dari api untuk Ibrahim, dan seterusnya. Maka ketika orang suci melihat hal seperti itu, mereka sadar bahwa penyebab kedua adalah perantara, bahwa penyebab adalah hal lain. Penyebab kedua tiada lain “wol di atas mata” untuk menyibukkan orang biasa.

Ketika Tuhan berjanji untuk memberi Zakariya seorang bayi, dia menjerit, “Aku lelaki tua, dan istriku perempuan tua. Organ-organ reproduksiku sudah lemah, dan istriku telah melampaui masa memiliki anak. Ya Tuhan, bagaimana mungkins eorang anak muncul dari perempuan seperti itu?” Dia menjawab, Tuhan, baaimana mungkin aku akan memiliki anak, ketika usia tua telah menguasaiku, dan istriku telah mandul ?”
(QS. 3 : 40).

Jawaban muncul, “Perhatikan Zakariya. Engkau telah kehilangan keteguhan Iman. Aku telah menunjukkan kepadamu ribuan kali berbagai hal di luar hukum sebab akibat. Itu telah engkau lupakan. Tidakkah engkau menyadari bahwa penyebab itu hanyalah perantara? Aku mampu dengan segera menghasilkan tepat di depan amtamu ratusan ribu anak tanpa perempuan dan tanpa kehamilan. Ketika Aku menunjukkan, beribu-ribu manusia akan dihasilkan, sempurna, dewasa, dan penuh pengetahuan. Tidakkah Aku memberimu kelahiran di dunia ruh tanpa ayah tanpa Ibu? Engkau telah menikmati kebaikan di masa lalu dari-Ku. Kenapa engkau lupa kelahiranmu ke dalam dunia keberadaan ini?”

Nabi, orang suci, dan orang lain dan berbagai keadaan kebaikan dan keburukan mereka disesuaikan dengan keckapan dan hakikat seperti budak yang dibawa ke Dunia Islam dari tanah kaum kafir. Beberapa telah dibawa pada usia lima tahun, sebagian sepuluh, dan sebagian lagi lima belas. Setelah mereka yang dibawa sebagai anak kecil telah tinggal selama bertahun-tahun di antara kaum Muslim, betul-betul lupa keadaan mereka sebelumnya dan tidak ingat apa pun. Selain itu, mereka yang dibawa dalam usia lebih tua lagi mengingat sebagian besar keadaan mereka sebeumnya.

Seperti halnya, ruh berada di dalam kehadiran Tuhan di “dunia itu”. Seperti dikatakan Al-Qu’an, Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, Ya, kami bersaksi
(QS. 7:172).

Makanan dan sumber tenaga mereka adalah perkataan Tuhan yang tanpa suara dan tanpa bunyi. Beberapa yang pernah di bawa di masa pertumbuhan tidak ingat keadaan asal mereka dan mempertimbangkan diri mereka sebagai orang asing terhadap kata-kata itu ketika mendengarnya.

Kelompok ini, telah benar-benar terbenam ke dalam kekufuran dan kesalahan, mereka “terhijab”. Yang llain dapat mengingat sedikit, kerinduan mereka pada “sisi lain” dapat ditimbulkan. Mereka adalah “orang beriman”. Yang lain masih saja melihat di depan mata keadaan sebelumnya dengan tepat sebagaimana berada di masa lalu ketika mendengar perkataan itu. “Hijab” mereka benar-benar telah diangkat, dan mereka bergabung di dalam persatuan. Mereka ini adalah orang-orang suci dan paa Nabi.

Kemudian kami memberi nasihat kepada sahabat kami. Ketika “pasangan makna hakiki” terejawantah di dalam dirimu dan misteri disingkapkan, perhatikanlah! Sekali lagi aku katakan, berhati-hatilah agar engkau tidak mengatakan itu kepada lainnya. Jangan engkau memberi uraian kepada mereka, dan jangan hubungkan perkataan yang engkau dengar itu kepada orang semebarangan. “Jangan berikan hikmah kepada ayang tidak layak kalau-kalau engkau salah jangan sembunyikan itu dari orang yang layak, kalau-kalau engkau berbuat salah kepada mereka.”

Apabila engkau memiliki istri atau kekasih yang disembunyikan di dalam rumahmu dan dia mengatakan kepadamu, “Jangan perlihatkan aku kepada siapa pun, akrena aku adalah milikmu sendiri.” Akankah jadi benar untuk memperlihat dia di tengah-tengah pasar dan diaktakan kepada setiap orang, “Ayo datang dan lihat yang satu ini?” Akankah kekasihmu menyukainya? Dia tentu akan sangat marah kepadamu dan kabur kepada yang lainnya. Tuhan telah melarang perkataan ini bagi mereka “yang lain.”

Itu seperti penghuni neraka yang berteriak kepada penghuni surga, “Di manakah kemurahhatian dan kebajikanmu? Apa yang akan terjadi apabila engkau memberikan kepada kami sebagian kemurahan sebagai amal baik, sebagaimana sejumlah kebaikan dan rahmat Tuhan telah dibekalkan kepada dirimu, juga seperti ungkapan, ‘dan kepada cangkir mulia bumi, satu bagian, karena kami di bakar di dalam api ini. Apa bahaya yang akan menimpamu apabila engkau memberikan kepada kami buah-buahan atau amta air bersinar dari surga?”

Dan penghuni api neraka akan memanggil kepada penghuni surga, mengatakan, Tuangkanlah sejumlah air kepada kami, atau dari kesegaran itu yang telah dibekalkan kepada kalian! Mereka akan menjawab, sungguh Tuhan akan melarang semuanya bagi kaum tidak beriman
(QS. 7 : 50).

Penghuni surga menjawab, Tuhan telah melarang kami melakukan itu. Biji kebaikan ini adalah di dunia ini. Karena engkau tidak menyebarkan dan menyemaikan mereka di sana ( dan mereka adalah iman dan ketaatan), Apa yang dapat diraih di sini? Bahkan apabila kita memberikan sebagian kepadamu tanpa rasa kasihan, karena Tuhan telah melarang engkau atas buah-buahan itu, mereka akan membakar tenggorokanmu dan tidak dapat ditelan. Apabila engkau melatkkan mereka di dalam akrung, dia akan terpecah dan akan jatuh.

Sekelompok kaum munafik dan orang asing datang keada Nabi Muhammad, memujinya dan mencari penjelasan untuk mistri ini. Nabi Muhammad memberi aba-aba kepada para sahabat untuk “memberhentikan botol mereka”. Maksudnya ialah untuk menutupi kendi dan tong mereka, sebagaimana apabila didkatakan, “Orang-orang ini tidak bersih dan merupakan binatang berbisa. Berhati hatilah, agar mereka tidak jatuh ke dalam notol kalian dan menyebabkan engkau berbahaya dengan tanpa sadar meminum dari botolmu.” Ini adalah perilaku yang dia katakan kepada mereka agar menahan hikmah bagi orang asing dan menahan lidah mereka di hadapan orang asing, karena mereka adalah tikus, tidak layak dari hikmah dan kebaikan ini.


ooOOoo

Guru mengatakan, “Bahkan apabila pangeran yagn baru saja meninggalkan kami tidak memahami perkataan dengan tepat, secara umum dia masih mengetahui kita berdoa kepada Tuhan untuk dia. Kita menganggap anggukan kepalanya, cinta dan kasih sayangnya dalam pemahaman kita. Petani yang datang ke kota barangkali tidak mengetahui ajakan shalat ketika dia mendengarnya. Tetapi dia tahu apa yang mereka tandakan.”

Menu