Ahli bedah Nasrani mengatakan:
“Sekelompok sahabat Syeh Sadruddin tengah minum anggur bersamaku dan mengatakan, Isa adalah Tuhan sebagaimana kalian orang Nasrani mengakui. Kami tahu ini merupakan kebenaran, tetapi kami menyembunyikan iman kami dan menolak itu di depan umum dengan maksud memelihara ummat.”
“Musuh Tuhan ini telah berbohong,” kata guru. “Orang yang berbicara ini mabuk anggur yang menyesatkan, memfitnah dan memburuk-burukkan setan, yang telah terusir dari kehadiran Tuhan. Bagaimana mungkin orang lemah, yang kabur dari tipu muslihat Yahudi dari satu tempat ke tempat lain yang luasnya kurang dari dua depa, dapat menjadi pemelihara tujuh surga? Luas setiap surga akan memakan lima ribu tahun penyeberangan, dan untuk mencapai dari satu ke lainnya akan memakan lima ribu tahun lagi.
Maka terdapat dunia di sana, yang masing-masing membutuhkan lima ribu tahun menyeberanginya, dan lima ribu tahun lagi untuk mencapai yang lainnya. Di bawah singgasana Tuhan adalah laut, yang kedalamannya tidak mencapai pergelangan kaki-Nya. Seluruhnya ini, dan lebih banyak yang lainnya adalah milik Tuhan. Bagaimana mungkin nalar kalian mampu menerima pengaturan dan pengendali seluruh ini dapat jadi yang paling lemah dari seluruh bentuk? Dan kemudian pula, siapakah pencipta surga, dan bumi sebelum Isa? (Maha Agunglah Tuhan, yang kekuatannya jauh melebihi dari yang dijunjung orang zalim!)”
Orang Nasrani berkata: “Debu kembali ke debu dan yang sejati kembali ke sejati.”
“Apabila ruh Isa adalah Tuhan,” kata guru, “Lantas ke manakah ruhnya pergi? Ruh kembali kepada asalnya dan pembuatnya, dan apabila dia adalah asal dan pembuat, ke manakah ruh itu akan pergi?”
“Beginilah cara kami menemukan sesuatu, dan demikianlah, sebagai umat, kami mengambilnya,” kata orang Nasrani.
“Apabila engkau ‘menemukan’, atau mewarisi dari ayahmu koin receh palsu, terpudarkan, tidak berharga, tidakkah engkau menukarkan mereka dengan emas, bebas dari pencampuran dan pemalsuan? Atau maukah engkau menjaga yang palsu dan mengatakan, “Kami menemukannya dalam keadaan seperti itu?’
Apabila engkau ditinggalkan dengan tangan pincang dari tangan ayahmu tetapi kemudian menemukan dokter atau obat yang mempu menyembuhkan tanganmu, tidakkah engkau akan mengambil obat itu? Atau akankah engkau mengatakan, ‘Aku menemukan tanganku demikian, pincang, dan aku tidak ingin mengubahnya?
Apabila engkau menemukan air payau di dalam kampung tempat ayahmu meninggal dan tempat engkau tumbuh, namun kemudian di bawa ke kampung lain yang airnya baik, sayurannya bagus, dan orang-orangnya sehat, tidakkah engkau ingin pindah ke sana dan meminum air segar hingga penyakit dan musibah akan meninggalkanmu? Atau akankah engkau mengatakan, “Kami menemukan kampung ini dan air payaunya yang mewariskan penyakit. Maka, kami akan berpegang teguh pada apa yang telah kami temukan?”
Tidak seorang pun akan melakukan perbuatan semacam itu. Tidak seorang pun yang memiliki nalar dan indera akan mengatakan hal seperti itu. Tuhan memberi engkau pikiran, pandangan, dan perbedaan yang terpisah dari ayahmu. Kenapa kemudian engkau menganggap pikiranmu dan pandanganmu sendiri sebagai bukan apa-apa dan mengikuti pikiran yang akan menghancurkan engkau dan tidak membawamu menuju keselamatan?
Ayah Yutash adalah pembuat sepatu, tetapi ketika mencapai istana sultan dia mempelajari perilaku raja. Dia diberi jajaran paling tinggi dari semuanya, penjaga pedang. Dia tidak mengatakan, “Kami melihat ayah kami seorang pembuat sepatu. Kami memang tidak menginginkan jajaran ini. Sultan, beri saya toko di dalam pasar hingga saya mampu mempraktikkan bagaimana membuat sepatu.”
Bahkan seekor anjing, dengan seluruh kehinaanya, ketika dia belajar berburu untuk sultan, melupakan yang diwarisi dari ayahnya, misalnya hidup di dalam tumpukan sampah dan tempat terpencil dan menginginkan daging bangkai. Dia amengikuti kuda raja dalam perburuan dan permainannya. Demikian pula elang, sekali dia pernah dilatih oleh raja, tidak akan mengatakan, “Kami mewarisi pegunungan tebing terjal dan memakan benda mati dari ayah kami. Kami tidak akan mempedulikan genderang raja atau perburuannya.”
Apabila binatang cukup cerdas sedikit untuk berpegang teguh pada yang ditemukannya lebih baik daripada yang diwarisi ayahnya. Maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan dan tidak mengenakkan manusia, - yang lebih unggul dari seluruh makhuk bumi karena memiliki nalar dan kemampuan untuk membedakan – dan dia tetap berpegang pada warisan dari ayahnya. Dia akan menjadi lebih hina dari binatang.
Demi Tuhan! Karena, memang lebih pantas mengatakan bahwa Tuhan Isa meninggikan dan menempatkan dia di antara yang terangkat. Dan siapa yang berkata telah melayani dan menaati dia berarti dia telah melayani dan taat kepada Tuhan. Dan apabila Tuhan mengirim Nabilebih baik daripada Isa dan terejawantah melalui Isa, maka itu akan jadi peraturan untuk Nabi atas nama Tuhan, bukan atas nama Nabi sendiri. Tidak ada yang disembah atas namanya sendiri kecuali Tuhan.
Semua hal kecuali Tuhan dicintai atas nama Tuhan. Akhirnya adalah Tuhan, yakni akhirnya engkau harus mencintai dan mencari hal untuk selain dirinya sendiri sampai engaku mencapai Tuhan, dan kemudian engkau akan mencintai Dia untuk diri-Nya sendiri.
Menutupi Ka’bah adalah suatu kebodohan.
“Milikku” did alam “rumah-Ku”
Cukup untuk melampaui Ka’bah.
“Merias mata dengan celak tidklah sama dengan memiliki mata hitam.”
Seperti pakaian menjijikan dan robek dapat menyembunyikan kemakmuran dan keagungan, begitu pula pakaian indah dan mantel menyembunyikan air muka dan kecantikan sempurna orang miskin. Ketika jubah fakir robek, hatinya terbuka di dalam keluasan.