Orang Beriman Melihat Dengan Cahaya Tuhan


Polisi selalu menangkap pencuri, dan pencuri selalu kabur dari polisi. Tidakkah merupakan suatu khayalan jika ada seorang pencuri yang menangkap polisi?

Tuhan menanyai keinginan Bayazid. “Sayan ingin agar tidak memiliki keinginan.” Jawab Bayazid. Sekarang manusia terbatas pada dua keadaan : Apakah menginginkan sesuatu apa tidak. Tidak pernah menginginkan bukanlah ciri khas manusia, karena itu akan berarti orang harus mengosongkan diri dan mesti berhenti menjadi manusia. Apabila tidak satu pun tertinggal dari diri, maka ciri khas manusia baik menginginkan sesuatu atau tidak harus tetap ada.

Ketika Tuhan ingin menyempurnakan manusia dan mengubah dia jadi seorang syeh yang sempurna, Dia akan membuat manusia mampu untuk memasuki keadaan persatuan dan keesaan sempurna. Sesuatu wilayah dimana tak ada dualitas maupun pemisahan. Segala penderitaanmu muncul karena menginginkan sesuatu yang tidak dapat diperoleh. Ketika engkau berhenti menginginkan, tidak akan ada lagi penderitaan. Manusia terdiri dari berbagai jenis, dan terdapat berbagai derajat di sepanjang jalan. Sebagian manusia, dibawa melalui perjuangan dan upaya menuju suatu tempat dimana mereka dapat tidak dapat melakukan apa yang diinginkan dan dihasratkan oleh mentalnya. Ini merupakan kemampuan manusia. Meski demikian, di sana mesti tidak ada rasa “gatal” batin, hasrat, atau pikiran tidak lagi berada di dalam kemampuan manusia. Itu dapat dihapus hanya oleh daya tarik Tuhan.

Katakan, kebenaran telah datang, dan kebatilan dikalahkan
(Qs. 17 : 81).

“Masuklah, wahai orang yang beriman!” Neraka akan berkata, “karena cahayamu akan melenyapkan apiku.” Ketika orang beriman memiliki iman sejati dan sempurna, dia hanya akan melakukan apa yang diinginkan Tuhan, meskipun engkau menyebut itu ketertarikan diri atau ketertarikan Tuhan.

Dikatakan setelah Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya, tidak ada lagi yang akan menerima Ilham kenabian. Kenapa mesti demikian? Tentu saja ilham masih datang kepada manusia, tetapi itu tidak dinamakan ilham kenabian. Inilah yang dimaksudkan Nabi Muhammad ketika dia bersabda, “Orang beriman melihat dengan piranti dari Cahaya Tuhan.” Ketika seseorang melihat dengan Cahaya Tuhan, orang mampu melihat segalanya, permulaan dan akhir, yang hadir yang gaib. Bagaimana mungkin ada sesuatu yang mampu menutup Cahaya Tuhan? Apabila dapat ditutup, maka itu bukanlah Cahaya Tuhan. Makna sejati ilham adalah hadir, meskipun barangkali tidak dapat disebutkan dengan nama itu.

Ketika Usman menjadi khalifah ketiga, dia memiliki mimbar. Orang-orang menunggu dan memperhatikan apa yang akan diaktakannya, tetapi dia tetap berdiam dan tidak mengatakan apa-apa. Usman melihat orang-orang yang tengah terkuasai keadaan kebahagiaan sedemikian rupa sampai tidak seorang pun mampu pergi atau tahu sedang di manakah mereka. Tidak pernah ada ribuan kuliah atau ceramah yang mampu menjadikan orang-orang pada keadaan seperti itu.

Mereka telah belajar lebih banyak kuliah yang bernilai, dan lebih banyak misteri terwahyukan pada mereka daripada yang pernah dicapai melalui perbuatan ataupun ibadah sebanyak apa pun. Sampai akhir peristiwa itu, Usman tetap melihat mereka dalam keheningan. Begitu akan turun dari mimbar, dia berkata, “Lebih baik kalian memiliki pemimpin yang giat daripada yang suka bicara.” Dan dia berbicara benar, karena akhir retorika adalah memberikan rahasia sesuatu yang bermanfaat dan mengubah watak, itu dapat disampaikan dengan lebih baik tanpa ucapan. Maka, apa yang dikatakan Usman sepenuhnya benar.

Marilah kita uji apabila dia mengatakan dirinya “giat” meskipun saat berada di membar dia tidak membuat “perilaku” terang-terangan yang dapat terlihat. Dia tidak berziarah haji, tidak memberikan sedekah, tidak memberikan ceramah. Kita kemudian sadar “perbuatan” dan “perilaku” tidak emrupakan bentuk luar yang terindera. Bentuk luar adalah “bentuk perbuatan”, semenetara perbuatan itu sendiri berhubungan dengan jiwa. Di sini Nabi Muhammad bersabda: “Sahabatku bagaikan bintang: siapa pun dari mereka yang engkau ikuti, engkau akan terbimbing dengan benar.”

Orang melihat pada bintang dan terbimbing, padahal tidak ada bintang yang “berbicara”. Tentu saja tidak. Hanya dengan melihat bintang orang akan mengetahui mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah, dan mereka bisa sampai ke tujuan. Maka, sangat mungkin kalian melihat jalan orang suci Tuhan dan mereka mengendalikan engaku tanpa berkata. Tujuanmu akan terapai dan engkau akan terangkat menuju tujuanmu, penyatuan. “Biarkan siapa pun yang berhasrat , melihat kepadaku. Sikap-Ku adalah pertanda kedatangan mereka yang membayangkan bahwa cinta itu memang mudah.”

Di dalam dunia Tuhan, tidak ada yang lebih sukar daripada memaklumi perkara yang absurd. Sebagai contoh, andaikan engkau telah membaca sebuah buku dan pembacaan yang engkau lakukan benar, juga frasanya. Kemudian seseorang duduk di sampingmu dan membaca buku yang sama, tapi dia salah membacanya. Mampukah engkau berdiam diri mendengarkan bacaannya? Tentu saja tidak. Mustahil. Ketika engkau belum membaca buku itu, --- sehingga tidak tahu antara paham yang salah dan yang benar – tidak akan berbeda bagimu apakah dia membaca dengan baik atau pun salah. Maka, untuk memaklumi yang absurd, memerlukan upaya besar.

Nabi dan orang suci tidak mau mengemukakan upaya. Upaya pertama yang mereka lakukan dalam pencarian adalah membunuh diri badaniah dan membuang gairah syahwat dan hasratnya. Itu merupakan “perjuang utama”. Ketika mereka mencapai persatuan dan tempat mereka dibawa pada jenjang keselamatan, saat itulah salah dan benar diwahyukan. Meskipun tahu yag benar dari yagn salah, mereka tetap berada di dalam perjuangan besar karena seluruh perbuatan orang lain masih salah. Ini mereka pahami, tetapi mereka memakluminya.

Apabila tidak memaklumi dan terus mengungkapkan kesalahan orang-orang, tidak ada satu orang pun yang akan hidup bersama dia. Tidak ada seorang pun yang akan bersikap sopan pada mereka. Tuhan, pada sisi lain, memberi mereka kesabaran agung sedemikian rupa dan keluasan hati sehingga mereka mampu memaklumi kesalahan orang-orang. Mereka hanya mengatakan satu dari ribuan kesalahan agar tidak membuatnya menjadi terlalu sukar. Seluruh kesalahan mereka abaikan atau bahkan dipuji dan dikatakan bahwa mereka benar. Kemudian, secara bertahap, satu demi satu, mereka mampu memperbaiki seluruh kesalahan.

Dengan cara serupa guru memerintahkan seorang anak menulis dengan tangannya. Ketika pertama kali menulis, anak itu menuliskan garis cakar ayam dan dan memperlihatkannya pada guru. Pada pandangan guru, semuanya salah dan mengerikan. Tetapi, disebabkan kecakapan dan pertimbangannya, dia akan berkata, “Semuanya bagus. Engkau mampu menulis dengan amat baik. Sangat baik dan bagus.

Hanya satu huruf saja yang engkau tulis dengan buruk. Huruf itu mesrinya demikian. O, ya, dan satu itu lagi engkau tulis secara tidak benar.” Hanya sedikit huruf dari seluruh baris yang dia sebut buruk, dan menunjukkan anak kecil cara huruf itu harus dituliskan. Seluruhnya dia puji, kalau tidak anak itu akan putus asa. Ketidakmampuan anak itu dibenarkan melalui pujian seperti itu, dan dia diajari dan ditolong secara bertahap.

ooOOoo

Apabila Tuhan berkehendak, kita berharap Tuhan akan memberikan keringanan pada pangeran untuk mencapai tujua-tujuannya. Diharapkan agar apa pun yan dihasratkan hatinya (dan demikian juga keberuntungan yang tidak dimiliki di dalam hatinya, kita tidak tahu apa yang diinginkan). Dibuat mudah untuknya sehingga ketika dia melihat kebaikan itu mencapainya, dia akan merasa malu atas keinginan dan hasratnya yang pertama, dan akan berkata:

“Hal semacam itu disimpan untukku! Dengan kebaikan dan manfaat seperti itu, aku takjub betapa aku mampu mengangankan hal-hal seperti itu.”

Apa-apa yang tidak muncul pada khayalan manusia dinamakan “bakat” karena apa pun yang muncul melalui khayalan berada pada wilayah cita-cita dan hasratnya. Meski demikian, pemberian Tuhan berada di wilayah bagian kebolehan Tuhan.

Maka, bakat adalah yang sesuia dengan Tuhan, bukan yang sesuai dengan khayalan atau keinginan pelayan Tuhan. “Apa yang belum pernah dilihat mata atau didengar telinga atau terlitas pada pikiran manusia” yakni tidak peduli betapa pun banyak mata telah melihat, telinga telah mendengar, dan pikiran menyerap bakat yang engkau harapkan dari-Ku, pemberian-Ku di atas dan melampaui semuanya.

Menu