Dia Menunggu Untuk Kau Jerat Dengan Jalamu


Aku melihatmu dalam bentuk binatang liar, dengan kulit rubah di atasnya. Aku memutuskan untuk menangkapnya, teapi dia berada di jendela kecil sambil melihat ke tangga. Kemudian dia melambaikan tangannya dan meloncati jaln-jalan itu.

Kemudian aku melihat jalan dari Tabriz dalam bentuk binatang liar berada di samping makhluk itu. Dia menjadi malu, tetapi aku meenangkapnya begitu dia mencoba menggigitku. Aku melatakkan kaki pada kepalanya dan memutarnya ke ebawah dengan keras sehingga segala sesuatu yang berada di dalamnya berserakan. Melihat betapa indah kulitnya, aku mengatakan, “Tubuh ini layak diisi dengan emas dan permata, mutiara dan rubi, bahkan lebih!”

Kemudian aku berkata, “Aku mesti mengambil yang aku inginkan. Larilah, orang yang malu, ke mana pun arah yang engkau suka. Melompatlah ke arah mana pun yang engkau anggap cocok!” Tetapi dia melompat keluar lebih karena rasa takut yang menguasainya, walau pun dia rasa bahagia jauh ada di dalam dominasi rasa takutnya. Tidak diragukan lagi bahwa dirinya dibentuk dari debu meteor dan barang kecil, hatinya yang basah kuyup berhasrat untuk memahami segala sesuatu.

Dia berangkat menelusuri jalan itu menuju tempat dimana berjuang terus untuk mendapatkan kepuasan. Tetapi dia tidak mampu melakukannya karena mistik berada di wilayah yang tidak bisa ditangkap jala-jala itu. Mangsa seperti itu tidak dapat di tangkap dengan jala seperti itu. Apabila dia bernalar dan sehat, mistik bebas memutuskan apakah dia bisa ditangkap atau tidak. Tidak seorang pun dapat memahaminya kecuali keputusannya sendiri.

Engkau duduk di tempat persembunyianmu menunggu mangsa. Mangsa melihatmu, tempatmu, dan siasatmu. Dia bebas memutuskan. Jalan yang dia lintasi tidak dapat dibatasi. Dia tentu tidak dapat melintasi tempat engkau bersembunyi, karena dia melintasi jalan yang telah dia atur sendiri.

Bumi Tuhan amatlah luas
(QS. 39 : 10).

Dan mereka tidak akan memahami apa pun dari Pengetahuan Tuhan, melainkan sejauh yang Dia kehendaki
(QS. 2 : 255).

Ketika kelembutan ini jatuh pada lidah dan pemahamanmu, mereka bukan lagi kelembutan. Ia telah merosot derajatnya lebih rendah karena hubungannya dengan dirimu. Sama halnya tidak ada yang bijaksana, atau yang tidak berkurang dari keadaannya semula ketika sesuatu jatuh ke mulut dan pemehaman mistik, melainkan ia terbakar menjadi sesuatu yang lain. Terbungkus dan musnah di dalam kebaikan dan keajaiban.

Tidakkah engkau lihat bahwa tongkat tidk lagi berada dalam wilayah hakikat “tongkat” ketika tangan Musa memegangnya? Sama halnya, dinding ratapan dan tongkat pada tangan Nabi, doa mulut Musa, besi di tangan Daud, juga bukti-bukti bersama Daud. Tidak satu pun dari semua itu yang tetap sebagaimana asalnya melainkan menjadi sesuatu yang lain, berubah menjadi sesuatu yang baru. Demikian pula aketika kelembutan dan permohonan jatuh pada tangan makhluk kegelapan dan material kasar, mereka tidak berhenti pada keadaannya semula.

Ka’bah adalah kedai ketika engkau taat
Sepanjang ia menjadi milikmu, dia akan bernama dalam hakikat.

“Orang yang tidak beriman, makan dengan tujuh perut. “Orang dungu yang dipilih oleh palayan bodoh kit, makan dengan tujjuh puluh perut. Bahkan apabila mereka sedang makan dengan satu perut, dia akan tetap makan dengan tujuh puluh perut karena segala sesuatu yang berasal dari yang hina adalah rendah. Seperti halnya yang berasal dari sesuatu yang dapa tdicintai adalah yang tercinta.

Apabila pelayan berada di sini, aku akan pergi kepadanya dan menasihatinya. Aku tidak akan meninggalkannya sampai dia mengusir orang dungu jauh-jauh karena kurangnya aga,a, hati, jiwa, dan inteeleknya. Aku berharap agar dia dibawa menuju kekurangan lain seperti minuman anggur dan gadis penyanyi. Itu dapat diperbaiki apabila dia dapat berhubungan dengan guru rahmat.

Tetapi dia telah mengisi rumahnya dengan karpet-karpet shalat. Akankah dia berguling di dalamnya dan terbakar, sehingga pelayan itu dapat diselamatkan darinya dan kejahatannya? Dia mengurangi imannya pada guru rahmat dan memfitnah terhadapnya, sementara dia berdiam diri dan menghancurkan dirinya sendiri. Dia menemukan guru rahmat dengan tasbih, barzanji, dan karpet shalat. Barangkali suatu hati Tuhan akan membuta mata pelayan itu. Dan dia akan melihat barang yang telah hilang dan menyadari sejauh mana dia telah mengelana dari kasih sayang guru rahmat.

Lantas dia menyerangnya di leher dan berkata, “Engkau telah emnghanurkan aku hingga muatan berat dan bentuk perbuatanku telah bersatu padaku. Seperti seorang guru rahmat, yang melihat dalam pewahyuannya, perbuatan salahku, kekurangan, dan imanku yang dipenuhi dosa, teronggok di sudut rumah.

Meski pun aku sudah mencoba menyembunyikannya di belakang punggungku dari guru rahmat, dia tahu apa yang telah aku sembunyikan darinya dan mengatakan, “Apa yang engkau sembunyikan? Atas Nama Tuhan yang jiwaku berada di dalam tangan-Nya, andaikan aku memanggil bentuk salah itu datang mendekat padaku satu demi satu, maka akan melihat dan mereka akan mengungkapkan dirinya, mengatakan apa yang disembunyikan dalam dirinya. Sekoga Tuhan membebaskan mereka yang menderita karena ketidak-adilan para penjahat ini yang memangsa pada jalan Tuhan melalui pemujaan palsu.

Raja bermain tongkat polo di lapangan permainan untuk memperlihatkan pada orang kota, yang tidak dapat hadir pada peperangan, cara sang juara bertarung, cara kepala musuh dilemparkan tinggi-tinggi dan ddigulingkan bagaikan bola di lapangan pertandingan, dan cara mereka diserang, diserbu, dan dipukul mundur.

Permainan lapangan tersebut merupakan miniatur dari pertempuran yang sesungguhnya. Shalat dan Sama’ hamba Tuhan dilakukan untuk memperlihatkan pada penonton cara mereka berada di dalam pertunjukan rahasia alengkap dengan perintah daln larangan Tuhan. Penyanyi pada acara sama’ bagaikan imam shalat, karena smua orang mengikuti mereka. Ketika dia bernyanyi membosankan, mereka menari dengan membosankan pula, apabila dia bernyanyi riang, mereka menari riang sebagai ungkapan batin mengikuti tujuan perintah dan larangan.

Menu